Mechanical Engineering '12

follow me up

Pages

Senin, 07 Oktober 2013

BOHLER : AMUTIT S
A.    KESEIMBANGAN DIMENSI PADUAN MENENGAH BAJA MINYAK PENGERASAN
-          Kode warna : Red-Blue-Red-Blue






-          Standarisasi :         AISI : O1
DIN : 1.2510 100MnCrW4
BS : BO1
AFNOR : 90 MCW5

-          Sifat :       
§  aman dan pengerasan yang berseragam
§  mampu dalam proses pemesinan
§  perubahan ukuran yang minimum
§  kemampuan untuk menjaga ketajaman tepi pemotong
§  kekerasan yang memuaskan
-          penggunaan :
§Blanking and punching (pengososongan/penghampaan dan pencoblosan/pencetakan). Ex : pelat dan punches(mesin pembuat lubang), produksi pemotong yang tinggi, untuk kertas dan material yang tipis, roller dies (cetakan penggulung), planishing dies (cetakan  
§  Machining. Peralatan penguliran ex : mesin tap(membuat mur), 
§  Gauging tools (alat pengukur).
§  Furthermore. Beading dies and rolls,

-          Kondisi yang tersedia :
§  Spheroidized (soft annealed)

-          Penggunaan kekerasan penymbungan :
§  Punch and puncing dies (
·         Steel sheet
o   Ketebalan meninngkat 3mm
o   Kekerasan (HRc) 61-63
·         Al & Al-alloy metal
o   Ketebalan meninngkat 6mm
o   Kekerasan (HRc) 59-62
·         Co & Co-alloy metal
o   Ketebalan meninngkat 6mm
o   Kekerasan (HRc) 58-62
·         Steel sheets, strip and alloy metal >600N/squ mm
o   Ketebalan meninngkat 3mm
o   Kekerasan (HRc) 60-62








Penghilangan tegangan
Suhu maksimum 6500C. setelah premachining peralatan akan mendapatkan tegangan sisa disebabkan butiran pada permukaan. Jika tegangan tidak dihilangkan sebelum hardening, menyebabkan distorsi yang besar. Waktu perendaman pada suhu penghilangan tegangan berdasarkan ukuran peralatan/benda ½ - 2 jam. Pendinginan setelah penghilangan tegangan dibuat didalam tungku sampai 3500C kemudian di udara.

Hardening    
Suhu: 780-820.
Waktu pencelupan pada suhu hardening: 5 menit/10mm ketebalan benda
Quenching: minyak, rendaman mrtempering 200-2300C sampai 40mm ketebalan dinding.
Kekerasan yang diperoleh: 53-66 HRc.
Tempering
Berdasa diagram tempering. waktu Perendaman pada suhu tempering : 1 jam / 20mm ketebalan dinding, benda dengan ketebalan tipis ditemper minimal 2 jam.

Pemesinan
Baja hanya bisa diproses pemesinan pada kondisi yang telah di shpheroidize

Ketahanan aus dan kekerasan
Dibandingkan dengan logam tanpa paduan, ketahanan aus sangatbaik karena kandungan karbida (­­kira-kira 3%) tetapi tidak sebaik ledeburitic 12% baja chromium (bohler special k) dengan kandungan karbida 18%. Kekerasan diuji dengan statistic uji bengkok (kerja plastic dalam pembengkokan) lebih baik 12% baja chromium (halaman 5).

Pengelasan
Memperbaiki cacat ringan; elektroda bohler FOX  OH1; sebelum memulai pengelasan peralatan dipanaskan terlebih dahulu 100-3000C. setelah itu peralatan ditemper sesuai dengan diagram temper. Waktu tempering setengah jam lalu didinginkan di udara.
Perlindungan
Jika tidak tersedia tungku dengan pengaturan udara(suhu) atau garam. Peralatan harus dilindungi melawan kerak atau dekarburasi dengan menggunakan charcoal (arang), breeze (angin sepoi) ukuran 3-5mm.
Perubahan ukuran

Berdasarkan gambar, perubahan terbesar pada volum akan terjadi dengan water hardening dan perubahan terkecil dengan ledeburiti 12%  (atau 13%) Baja chorme. Minyak pengerasan baja cukup dekat dengan ledeburite kromium baja. cara ini disebut baja dimensi stabil
Perubahan ukuran dengan hardening
Perbedaan perubahan volum disebabkan oleh peningkatan unsur-unsur paduan dan peningkatan suhu hardening ketika quenching, saat di quenching martensit turun di bawah suhu lingkungan, dengan maksud untuk memperoleh austenite yang lebih rendah dari martensit. Perubahan volume juga tergantung pada besarnya penetrasi kekerasan. Dengan ketebalan yang lebih besar, penetrasi kekeraan benda bersifat parsial(sebagian) karena perbedaan tingkat pendinginan antara zona luar dan inti.

Perubahan ukuran tempering
selama pemanasan setelah hardening, carbon pada martensit mudah berpindah dan dengan temperature yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama akan diendapkan dari pembubaran jenuh. pengendapan ini terjadi diantara 20-2000C, diikuti dengan penurunan volum. Antara200-3000C austenite berubah ke alpha disebabkan pengendapan carbide yang diikuti dengan peningkatan volum.pada temperature diatas 3500C martensit berubah ke bentuk ferrit dan cementit diikuti dengan penurunan volum. Selanjutnya ada pengaruh pada perubahan ukuran, ex: tegangan termal,dan tegangan transformasi disebabkan oleh quenching antara permukaan dan inti memiliki perbedaan temperatur kurang lebih 1000C. maka, menyebabkan bagian luar berbentuk martensit dan bagian dalam masih dalam bentuk austenite.

Pencegahan pembentukan dimensi pada permukaan
Tindakan pencegahan metalurgi
a.       meningkatkan suhu quenching, sehingga terbentuk austenite, volume dan perubahaan ukuran berkurang.
b.      Martempering mengakibatkan sedikit peningkatan volum daripada oil hardening, tetapi pengaruh dimensi tidak terjadi seperti pada poin a (tidak terbentuk austenite, tidak ada pengurangan volume dan ukuran)
c.       Temper(pemanasan kembali) dibawah 200 atau diatas 3200C. tempering diantara suhu tsb menyebabkan peningkatan volume karena penguraian austenite dan perubahan ukuran yang hanya sebagian dikompensasi (diganti) dengan bantuan martensit.

Langkah/tindakan Kontuksional
a.       Dengan tipe baja ini akan mendapatkan lebih banyak austenite, pengurangan volum dan perubahan ukuran jika ketebalan plat di kurangi.
b.      Dengan dimensi permukaan yang lebih besar persentase peningkatan panjang dan lebar berkurang.
Pencegahan kontraksi permukaan
Tindakan pencegahan Metalurgi
A.    Menahan austenite ( mengurangi efek kontaksi) dengan menggunakan suhu quenching lebih rendah.
Langkah Konstruksi
A.    Peningkatkan ketebalan plat baja menunurunkan austenite dengan pertambahan dimensi
B.     Mengurangi panjang dan lebar , pelat yang lebih kecil menyebabkan kontraksi lebih kecil.

Kondisi yang serupa dapat diterapkan pada bentuk silinder dan prisma
Blanking





FORGING

SPHEROIDIZING
Penempaan(forging) adalah proses pembentukan logam secara plastis dengan mempergunakan gaya tekan untuk mengubah bentuk atau ukuran dari logam yang dikerjakan. Proses tempa bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu pengerjaan panas(hot workingdan pengerjaan dingin (cold working). Penempaan (forging) bisa dilakukan dengan manual atau dengan mesin hidrolis karena bisa membuat tekanan yang dan membutuhkan tenaga yang besar pula. Tetapi jika menggunakan tenaga pneumatik, tenaga yang dihasilkan lebih kecil.

STRESS RELIEVING
Stress relieving adalah salah satu proses perlakuan panas yang ditujukan untuk menghilangkan tegangan-tegangan yang ada di dalam benda kerja, memperkecil distorsi yang terjadi selama proses perlakuan panas dan, pada kasus-kasus tertentu, mencegah timbulnya retak. Proses ini terdiri dari memanaskan benda kerja sampai ke temperatur sedikit dibawah garis A1 dan menahannya untuk jangka waktu tertentu dan kemudian di dinginkan di dalam tungku sampai temperatur kamar. Proses ini tidak menimbulkan perubahan fasa kecuali rekristalisasi. Banyak faktor yang dapat menimbulkan timbulnya tegangan di dalam logam sebagai akibat dari proses pembuatan logam yang bersangkutan menjadi sebuah komponen. Beberapa dari faktor-faktor tersebut antara lain adalah : Pemesinan, Pembentukan, Perlakuan panas, Pengecoran, Pengelasan, dan lain-lain. Penghilangan tegangan sisa dari baja dilakukan dengan memanaskan baja tersebut pada temperatur sekitar 500 - 700oC, tergantung pada jenis baja yang diproses. Pada temperatur diatas 500 - 600oC, baja hamper sepenuhnya elastik dan menjadi ulet. Berdasarkan hal ini, tegangan sisa yang terjadi di dalam baja pada temperatur seperti itu akan sedikit demi sedikit dihilangkan melalui deformasi plastik setempat akibat adanya tegangan sisa tersebut.

HARDENING
Hardening adalah proses perlakuan panas yang diterapkan untuk menghasilkan benda kerja yang keras. Perlakuan ini terdiri dari memanaskan baja sampai temperatur pengerasannya (Temperatur austenisasi) dan menahannya pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan dengan laju pendinginan yang sangat tinggi atau di quench agar diperoleh kekerasan yang diinginkan. Alasan memanaskan dan menahannya pada temperatur austenisasi adalah untuk melarutkan sementit dalam austenit kemudian dilanjutkan dengan proses quench.

AWAN:
TEMPERING
Proses memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan disebut proses temper. Dengan proses ini, duktilitas dapat ditingkatkan namun kekerasan dan kekuatannya akan menurun. Pada sebagian besar baja struktur, proses temper dimaksudkan untuk memperoleh kombinasi antara kekuatan, duktilitas dan ketangguhan yang tinggi. Dengan demikian, proses temper setelah proses pengerasan akan menjadikan baja lebih bermanfaat karena adanya struktur yang lebih stabil.

CAPEK BRO…!!!!!
CARI MATERI DIATAS
sekian dari saya.............

MACHINABILITY
WEAR RESISTANCE

AGUNG:
WELDING
PROTECTING
PERUBAHAN UKURAN

E-SOEN:
DIMENSI PERMUKAAN
KONTRAKSI PERMUKAAN
BLANKING
 

Selasa, 11 Juni 2013

Ragam Bahasa Indonesia

Ragam bahasa Indonesia ialah variasi pemakaian bahasa Indonesia yang secara umum tetap berpola pada bahasa Indonesia baku. Variasi ini terdapat pada bidang bunyi bahasa, intonasi, morfologi, pilihan kata, atau istilah, dan sintaksis. Ragam bahasa Indonesia dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi pemakai bahasa dan segi pemakaian bahasa. Berdasarkan pemakai bahasa, kita mengenal bahasa Indonesia ragam kedaerahan/dialek(bahasa Indonesia dialek Jakarta, dialek Medan, dialek Jawa, dsb.), bahasa Indonesia ragam golongan remaja, dan bahasa Indonesia ragam intelektual.
Berdasarkan pemakaian bahasa, kita mengenal bahasa Indonesia ragam agama, ragam iptek, ragam politik, ragam petani, ragam pedagang, ragam militer, dsb.
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu
(1) sebagai bahasa nasional dan
(2) sebagai bahasa negara.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
(1) sebagai lambang kebanggaan nasional
(2) sebagai lambang identitas nasional,
(3) sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan
(4) sebagai alat perhubungan antar-budaya dan antardaerah.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi
(1) sebagai bahasa resmi negara
(2) sebagai pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan
(3) sebagai bahasa resmi di dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan, dan
(4) sebagai bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Sesuai dengan fungsi di atas, tidak mengherankan bila bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa. Berdasarkan tempat atau daerahnya, bahasa Indonesia terdiri dari berbagai dialek, antara lain dialek Jakarta, Jawa, Medan, dan lain-lainnya; berdasarkan penuturnya didapati ragam bahasa golongan cendekiawan dan ragam bahasa golongan bukan cendekiawan; berdasarkan sarananya didapati ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis; berdasarkan bidang penggunaannya didapati ragam bahasa ilmu, ragam bahasa sastra, ragam surat kabar, ragam bahasa undang-undang, dan lain-lainnya dan berdasarkan suasana penggunaannya bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi dua ragam bahasa, yaitu ragam bahasa resmi dan ragam bahasa santai.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa penyebutan bahasa Indonesia ragam ilmu itu berdasarkan bidang penggunaan bahasa. Jika dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa golongan cendekiawan; jika dilihat dari sarananya, ragam bahasa ilmu mungkin termasuk ragam bahasa lisan mungkin juga termasuk ragam bahasa tulis; jika dilihat dari suasana penggunaanya, jelas bahwa ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa resmi; dan yang terakhir, bila dilihat dari segi daerah atau tempat